Penutup:
Ketika seseorang sujud anggota tubuh yang wajib di letakkan di tempat sujud ada
tujuh, yaitu:
1.
Dahi.
2.
Bagian dalam dari telapak tangan kanan.
3.
Bagian dalam dari telapak tangan kiri.
4.
Lutut kaki yang kanan.
5.
Lutut kaki yang kiri.
6.
Bagian dalam jari-jari kanan.
7.
Bagian dalam jari-jari kiri.
(Fasal Sepuluh)
Dalam
kalimat tasyahud terdapat dua puluh satu harakah (baris) tasydid, enam belas di
antaranya terletak di kalimat tasyahud yang wajib di baca, dan lima yang
tersisa dalam kalimat yang menyempurnakan tasyahud (yang sunah dibaca), yaitu:
1.
“Attahiyyat”: harakah tasydid terletak di
huruf “Ta’”.
3.
“Almubarakatusshalawat”: harakah tasydid di
huruf “Shad”.
4.
“Atthayyibaat”: harakah tasydid di huruf
“Tha’”.
5.
“Atthayyibaat”: harakah tasydid di huruf
“ya’”.
6.
“Lillaah”: harakah tasydid di “Lam” jalalah.
7.
“Assalaam”: di huruf “Sin”.
8.
“A’laika ayyuhannabiyyu”: di huruf “Ya’”.
9.
“A’laika ayyuhannabiyyu”: di huruf “Nun”.
10.
“A’laika ayyuhannabiyyu”: di huruf “Ya’”.
11.
“Warohmatullaah”: di “Lam” jalalah.
12.
“Wabarakatuh, assalaam”: di huruf “Sin”.
13.
“Alainaa wa’alaa I’baadillah”: di “Lam”
jalalah.
14.
“Asshalihiin”: di huruf shad.
15.
“Asyhaduallaa”: di “Lam alif”.
16.
“Ilaha Illallaah”: di “Lam alif”.
17.
“Illallaah”: di “Lam” jalalah.
18.
“Waasyhaduanna”: di huruf “Nun”.
19.
“Muhammadarrasulullaah”: di huruf “Mim”.
20.
“Muhammadarrasulullaah”: di huruf “Ra’”.
21.
“Muhammadarrasulullaah”: di huruf “Lam”
jalalah.
(Fasal Sebelas)
Sekurang-kurang
kalimat shalawat nabi yang memenuhi standar kewajiban di tasyahud akhir adalah
Allaahumma shalli a’laa Muhammad.
(Adapun).harakat
tasydid yang ada di kalimat shalawat nabi tersebut ada di huruf “Lam” dan “Mim”
di lafal “Allahumma”. Dan di huruf “Lam” di lafal “Shalli”. Dan di huruf “Mim”
di Muhammad.
(Fasal Dua Belas)
Sekurang-kurang
salam yang memenuhi standar kewajiban di tasyahud akhir adalah
Assalaamu’alaikum. Adpun Harakat tasydid yang ada di kalimat tersebut terletak
di huruf “Sin”.
(Fasal Tiga Belas)
Waktu
waktu shalat.
1. Waktu shalat dzuhur:
Dimulai
dari tergelincirnya matahari dari tengah-tengah langit kearah barat dan
berakhir ketika bayangan suatu benda menyamai ukuran panjangnya dengan benda
tersebut.
2. Waktu salat Ashar:
Dimulai
ketika bayangan dari suatu benda melebihi ukuran panjang dari benda tersebut
dan berakhir ketika matahari terbenam.
3. Waktu shalat Magrib:
Berawal
ketika matahari terbenam dan berakhir dengan hilangnya sinar merah yang muncul
setelah matahari terbenam.
4. Waktu shalat Isya
Diawali
dengan hilangnya sinar merah yang muncul setelah matahari terbenam dan berakhir
dengan terbitnya fajar shadiq. Yang di maksud dengan Fajar shadiq adalah sinar
yang membentang dari arah timur membentuk garis horizontal dari selatan ke
utara.
5. Waktu shalat Shubuh:
Di
mulai dari timbulnya fajar shadiq dan berakhir dengan terbitnya matahari.
Warna
sinar matahari yang muncul setelah matahari terbenam ada tiga, yaitu:
Sinar
merah, kuning dan putih. Sinar merah muncul ketika magrib sedangkan sinar
kuning dan putih muncul di waktu Isya.
Disunnahkan
untuk menunda atau mangakhirkan shalat Isya sampai hilangnya sinar kuning dan
putih.
(Fasal Empat Belas)
Shalat
itu haram manakala tidak ada mempunyai sebab terdahulu atau sebab yang
bersamaan (maksudnya tanpa ada sebab sama sekaliseperti sunat mutlaq) dalam
beberapa waktu, yaitu:
1.
Ketika terbit matahari sampai naik
sekira-kira sama dengan ukuran tongkat atau tombak.
2.
Ketika matahari berada tepat ditengah tengah
langit sampai bergeser kecuali hari Jum’at.
3.
Ketika matahari kemerah-merahan sampai
tenggelam.
4.
Sesudah shalat Shubuh sampai terbit
matahari.
5.
Sesudah shalat Asar sampai matahari
terbenam.
(Fasal Lima Belas)
Tempat
saktah (berhenti dari membaca) pada waktu shalat ada enam tempat, yaitu:
1.
Antara takbiratul ihram dan do’a iftitah
(doa pembuka sesudah takbiratul ihram).
2.
Antara doa iftitah dan ta’awudz (mengucapkan
perlindungan dengan Allah SWT dari setan yang terkutuk).
3.
Antara ta’awudz dan membaca fatihah.
4.
Antara akhir fatihah dan ta’min (mengucapkan
amin).
5.
Antara ta’min dan membaca surat (qur’an).
6.
Antara membaca surat dan ruku’.
Semua
tersebut dengan kadar tasbih (bacaan subhanallah), kecuali antara ta’min dan
membaca surat, disunahkan bagi imam memanjangkan saktah dengan kadar membaca
fatihah.
(Fasal Enam Belas)
Rukun-rukun
yang diwajibkan didalamnya tuma’ninah ada empat, yaitu:
1.
Ketika ruku’.
2.
Ketika i’tidal.
3.
Ketika sujud.
4.
Ketika duduk antara dua sujud.
Tuma’ninah
adalah diam sesudah gerakan sebelumnya, sekira-kira semua anggota badan tetap
(tidak bergerak) dengan kadar tasbih (membaca subhanallah).
(Fasal Tujuh Belas)
Sebab
sujud sahwi ada empat, yaitu:
1.
Meninggalkan sebagian dari ab’adhus shalat
(pekerjaan sunnah dalam shalat yang buruk jika seseorang meniggalkannya).
2.
Mengerjakan sesuatu yang membatalkan
(padahal ia lupa), jika dikerjakan dengan sengaja dan tidak membatalkan jika ia
lupa.
3.
Memindahkan rukun qauli (yang diucapkan)
kebukan tempatnya.
4.
Mengerjakan rukun Fi’li (yang diperbuat) dengan
kemungkinan kelebihan.
(Fasal Delapan Belas)
Ab’adusshalah
ada enam, yaitu:
1.
Tasyahud awal
2.
Duduk tasyahud awal.
3.
Shalawat untuk nabi Muhammad SAW ketika
tasyahud awal.
4.
Shalawat untuk keluarga nabi ketika tasyahud
akhir.
5.
Do’a qunut.
6.
Berdiri untuk do’a qunut.
7.
Shalawat dan Salam untuk nabi Muhammad SAW,
keluarga dan sahabat ketika do’a qunut.
(Fasal Sembilan Belas)
Perkara
yang membatalkan shalat ada empat belas, yaitu:
1.
Berhadats (seperti kencing dan buang air
besar).
2.
Terkena najis, jika tidak dihilangkan
seketika, tanpa dipegang atau diangkat (dengan tangan atau selainnya).
3.
Terbuka aurat, jika tidak dihilangkan
seketikas.
4.
Mengucapkan dua huruf atau satu huruf yang
dapat difaham.
5.
Mengerjakan sesuatu yang membatalkan puasa
dengn sengaja.
6.
Makan yang banyak sekalipun lupa.
7.
Bergerak dengan tiga gerakan berturut-turut
sekalipun lupa.
8.
Melompat yang luas.
9.
Memukul yang keras.
10.
Menambah rukun fi’li dengan sengaja.
11.
Mendahului imam dengan dua rukun fi’li
dengan sengaja.
12.
Terlambat denga dua rukun fi’li tanpa udzur.
13.
Niat yang membatalkan shalat.
14.
Mensyaratkan berhenti shalat dengan sesuatu
dan ragu dalam memberhentikannya.
(Fasal Dua Puluh)
Diwajibkan
bagi seorang imam berniat menjadi imam terdapat dalam empat shalat, yaitu:
1.
Menjadi Imam juma`t
2.
Menjadi imam dalam shalat i`aadah
(mengulangi shalat).
3.
Menjadi imam shalat nazar berjama`ah
4.
Menjadi imam shalat jamak taqdim sebab hujan
(Fasal Dua Puluh Satu)
Syarat
– Syarat ma`mum mengikut imam ada sebelas perkara, yaitu:
1.
Tidak mengetahui batal nya shalat imam
dengan sebab hadats atau yang lain nya.
2.
Tidak meyakinkan bahwa imam wajib mengqadha`
shalat tersebut.
3.
Seorang imam tidak menjadi ma`mum .
4.
Seorang imam tidak ummi (harus baik
bacaanya).
5.
Ma`mum tidak melebihi tempat berdiri imam.
6.
Harus mengetahui gerak gerik perpindahan perbuatan
shalat imam.
7.
Berada dalam satu masjid (tempat) atau
berada dalam jarak kurang lebih tiga ratus hasta.
8.
Ma`mum berniat mengikut imam atau niat
jama`ah.
9.
Shalat imam dan ma`mum harus sama cara dan
kaifiyatnya
10.
Ma`mum tidak menyelahi imam dalam perbuatan
sunnah yang sangat berlainan atau berbeda sekali.
11.
Ma`mum harus mengikuti perbuatan imam.
(Fasal Dua Puluh Dua)
Ada
lima golongan orang–orang yang sah dalam berjamaah, yaitu:
1.
Laki –laki mengikut laki – laki.
2.
Perempuan mengikut laki – laki.
3.
Banci mengikut laki – laki.
4.
Perempuan mengikut banci.
5.
Perempuan mengikut perempuan.
(Fasal Dua Puluh Tiga)
Ada
empat golongan orang – orang yang tidak sah dalam berjamaah, yaitu:
1.
Laki – laki mengikut perempuan.
2.
Laki – laki mengikut banci.
3.
Banci mengikut perempuan.
4.
Banci mengikut banci.
(Fasal Dua Puluh Empat)
Ada
empat, syarat sah jamak taqdim (mengabung dua shalat diwaktu yang pertama),
yaitu:
1.
Di mulai dari shalat yang pertama.
2.
Niat jamak (mengumpulkan dua shalat sekali
gus).
3.
Berturut – turut.
4.
Udzurnya terus menerus.
(Fasal Dua Puluh Lima)
Ada
dua syarat jamak takhir, yaitu:
1.
Niat ta’khir (pada waktu shalat pertama
walaupun masih tersisa waktunya sekedar lamanya waktu mengerjakan shalat
tersebut).
2.
Udzurnya terus menerus sampai selesai waktu
shalat kedua.
(Fasal Dua Puluh Enam)
Ada
tujuh syarat qasar, yaitu:
1.
Jauh perjalanan dengan dua marhalah atau
lebih (80,640 km atau perjalanan sehari semalam).
2.
Perjalanan yang di lakukan adalah safar
mubah (bukan perlayaran yang didasari niat mengerja maksiat ).
3.
Mengetahui hukum kebolehan qasar.
4.
Niat qasar ketika takbiratul `ihram.
5.
Shalat yang di qasar adalah shalat ruba`iyah
(tidak kurang dari empat rak`aat).
6.
Perjalanan terus menerus sampai selesai
shalat tersebut.
7.
Tidak mengikuti dengan orang yang itmam
(shalat yang tidak di qasar) dalam sebagian shalat nya.
(Fasal Dua Puluh Tujuh)
Syarat
sah shalat Jum’at ada enam, yaitu:
1.
Khutbah dan shalat Jum’at dilaksanakan pada
waktu Dzuhur.
2.
Kegiatan Jum’at tersebut dilakukan dalam
batas desa.
3.
Dilaksanakan secara berjamaah.
4.
Jamaah Jum’at minimal berjumlah empat puluh
(40) laki-laki merdeka, balig dan penduduk asli daerah tersebut.
5.
Dilaksanakan secara tertib, yaitu dengan
khutbah terlebih dahulu, disusul dengan shalat Jum’at.
(Fasal Dua Puluh Delapan)
Rukun
khutbah Jum’at ada lima, yaitu:
1.
Mengucapkan “Alhamdulillah” dalam dua
khutbah tersebut.
2.
Bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW dalam
dua khutbah tersebut.
3.
Berwasiat ketaqwaan kepada jamaah Jum’at
dalam dua khutbah Jum’at tersebut.
4.
Membaca ayat al-qur’an dalam salah satu
khutbah.
5.
Mendo’akan seluruh umat muslim pada akhir
khutbah.
(Fasal Dua Puluh Sembilan)
Syarat
sah khutbah jum’at ada sepuluh, yaitu:
1.
Bersih dari hadats kecil (seperti kencing)
dan besar seperti junub.
2.
Pakaian, badan dan tempat bersih dari segala
najis.
3.
Menutup aurat.
4.
Khutbah disampaikan dengan berdiri bagi yang
mampu.
5.
Kedua khutbah dipisahkan dengan duduk ringan
seperti tuma’ninah dalam shalat ditambah beberapa detik.
6.
Kedua khutbah dilaksanakan dengan berurutan
(tidak diselangi dengan kegiatan yang lain, kecuali duduk).
7.
Khutbah dan sholat Jum’at dilaksanakan
secara berurutan.
8.
Kedua khutbah disampaikan dengan bahasa
Arab.
9.
Khutbah Jum’at didengarkan oleh 40 laki-laki
merdeka, balig serta penduduk asli daerah tersebut.
10.
Khutbah Jum’at dilaksanakan dalam waktu
Dzuhur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar