Melanjutkan dari tulisan yang kemarin megenai apa itu Aswaja, agar kita dapat memahami sepenuhnya apa itu Aswaja, siapa Aswaja, dan bagaimana Aswaja dalam mengamalkan ajaran yang telah dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Salah satu alasan dipilihnya ulama-ulama tersebut oleh Salafuna Shalih
sebagai panutan dalam Ahlu Sunnah Wal Jama’ah, karena mereka telah terbukti
mampu membawa ajaran-ajaran yang sesuai dengan inti sari agama Islam yang telah
digariskan oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Dan mengikuti hal
tersebut merupakan suatu kewajiban bagi umatnya. Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Dari Abdurrahman bin Amr
al-Sulami, sesungguhnya ia mendengar, al-'Irbadh bin Sariyah berkata,
"Rasulullah SAW menasehati kami, : "Kalian wajib berpegang teguh pada
sunnahku (apa yang aku ajarkan) dan perilaku Khulafaur Rasyidin yang
mendapatkan petunjnk. (Musnad Ahmad bin Hanbal, [16519])
Karena itu, sebenarnya Ahlu Sunnah Wal Jama'ah merupakan Islam yang murni
sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW dan sesuai dengan apa yang
telah digariskan dan diamalkan oleh para sahabatnya. Ketika Rasulullah SAW
menerangkan bahwa umatnya akan terpecah menjadi 73 golongan, dengan tegas Nabi
SAW menyatakan bahwa yang benar adalah mereka yang tetap berpedoman pada apa
saja yang diperbuat oleh Nabi SAW dan para sahabatnya pada waktu itu (ma’na
'alaihi al-yawm wa ashhabi).
Maka, Ahlu Sunnah Wal Jama’ah sesungguhnya bukanlah aliran baru yang
muncul sebagai reaksi dari beberapa aliran yang menyimpang dari ajaran hakiki
agama Islam. Ahlu Sunnah Wal Jama'ah justru berusaha untuk menjaga agama Islam
dari beberapa aliran yang akan mencabut ajaran Islam dari akar dan pondasinya
semula. Setelah aliran-aliran itu semakin merajalela, tentu diperlukan suatu
gerakan untuk mensosialisasikan dan mengembangkan kembali ajaran murni Islam.
Sekaligus merupakan salah satu jalan mempertahankan, memperjuangkan dan
mengembalikan agama Islam agar tetap sesuai dengan apa yang telah diajarkan
oleh Rasulullah SAW dan para sahabat beliau. (Khittah Nahdhiyyah, 19-20)
Jika sekarang banyak kelompok yang mengaku dirinya termasuk Ahlu Sunnah
Wal Jama’ah, maka mereka harus membuktikannya dalam praktik keseharian bahwa ia
benar-benar telah mengamalkan sunnah Rasulullah SAW dan sahabatnya.
Komitmen untuk mendapatkan ajaran yang murni itu, dapat diwujudkan dengan
berbagai cara. Pertama, keinginan yang sungguh-sungguh untuk mendapatkan
ajaran yang benar-benar sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dan
para sahabatnya. Kedua, berhati-hati menerima suatu pendapat atau penafsiran
dengan meneliti kebenaran dan kesinambungan jalur dan salurannya sampai kepada
Rasulullah SAW. Tidak hanya dengan membaca sepotong naskah dari satu dalil
saja. Ketiga, berusaha mempelajari Islam seutuh mungkin dengan
mempelajarinya secara Ijmali (global) dan tafshili
(terperinci/ mendetail) dengan memahami garis-garis kecilnya (mikro). Keempat,
berusaha keras mengamalkan Islam sebaik mungkin, dengan selalu menyadari kelemahan diri, sehingga tidak merasa
dirinya paling benar dan paling taqwa.
Abu Sa'id al-Khadimi berkata:
"(Jika ada yang bertanya) semua kelompok mengaku dirinya sebagai golongan
Ahlu Sunnah Wal Jama’ah. Jawaban kami adalah: bahwa Ahlu Sunnah Wal Jama’ah itu
bukan hanya klaim semata, namun harus diwujudkan (diaplikasikan) dalam
perbuatan dan ucapan. Pada zaman kita sekarang ini, perwujudan itu dapat
dilihat dengan mengikuti apa yang tertera dalam Hadits-hadits yang shahih,
seperti Shahih Bukhari dan Shahih Muslim dan kitab-kitab lainnya yang telah
disepakati validitasnya." (Al-Bariqah Syarh al-Thariqah, hal 111-112).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dirumuskan bahwa Ahlu Sunnah Wal
Jama'ah merupakan ajaran yang sesuai dengan apa yang telah digariskan oleh Rasulullah
SAW dan para sahabatnya. Dan itu tidak bisa hanya sebatas klaim semata, namun
harus dibuktikan dalam sikap dan tingkah laku sehari-hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar